MENJEBAK SI TUKANG SIHIR
Abunawas mempunyai burung nuri yang sangat lucu. Baginda Harun Alrasyid ingin memilikinya.
"Kalau kau berniat menjualnya, jangan ditawarkan kepada orang lain. Tawarkan saja kepadaku. Berapapun harganya, aku akan membayarnya" Ujar Baginda kepada Abunawas.
Abunawas tidak menjawab, dia hanya mengangguk. Tapi dalam hati ia berkata, "Mana mungkin aku menjual burung tidak berharga ini kepada baginda"
Keesokkan Paginya, Abunawas datang ke istana. Dia datang dengan membawa burung nuri yang diinginkan baginda itu. Abunawas tidak ingin menjualnya, dia ingin memberikan cuma-cuma kepada Baginda. Tapi, tepat di pintu gerbang istana, dua orang oengawal menahan akses jalannya.
"Siapa kamu? Ada keperluan apa menghadap Baginda?" hardik kedua pengawal dengan wajah bengis. Rupanya kedua orang penawal tersebut adalah dua orang kepercayaan Perdana Menteri Abudahi yang selalu ingin mencelakakan Abunawas.
"Aku hendak memberikan burung nuri ini untuk Baginda, karena beliau sangat menyukainya" jawab Abunawas. "Tinggalkan saja burung jelek itu disini, biar aku yang menyerahkannya kepada baginda" ucap salah satu pengawal.
Abunawas menurut. Dalam situasi seperti ini, ia tidak mungkin melawan.Tapi suatu saat, mereka akan menuai semua perbuatannya.
Oleh kedua pengawal itu, burung nuri pemberian Abunawas ditukar menjadi Burung gereja. Setelah itu, diserahkan kepada Baginda. Perdana Menteri Abudahi yang melihat itu hanya tersenyumsimpul, memuji hasil kerja kedua anak buahnya.
"Bedebah!" gigi Baginda gemertak menahan amarah. Dia merasa terhina dengan perbuatan Abunawas. Burung nuri yang ia harapkan, tapi burung gereja yang dikirimkan.
Tanpa membuang waktu, saat itu juga Baginda mendatangi Abunawas di rumahnya. "Abunawas! Jika kau keberatan menjual burung nuri itu kepadaku, aku tidak apa-apa. Tapi jangan kau kirim burung gereja ke istana. Itu suatu penghinaan bagiku" kecam Baginda menahan amarah, sampai matanya memerah.
"Begini Baginda" tutur Abunawas mencoba meredakan amarah Baginda. "Istana Baginda telah kemasukkan dua orang penyihir yang menjadi penjaga gerbang pintu istana. Kedua orang itu bisa menyihir seekor burung nuri menjadi burung gereja. Dan hamba yakin, mereka bisa merubah burung beo menjadi burung nuri. Kalau tidak percaya, tunggulah besok di istana. Baginda akan menyaksikan sendiri bagaimana hebatnya mereka" sambil berucap seperti itu, tangan Abunawas mengelus-elus seekor burung beo yang bertanggar di depan jendela rumahnya. Burung beo itulah yang dibuat untuk menjebak dua pengawal bengis itu.
Pagi-pagi sekali Abunawas datang ke istana. Dia membawa burung beo ditangannya. Namun lagi-lagi, di depan gerbang istana, langkanya di hadang oleh pengawal itu.
"Ada perlu apalagi kau kesini?" kedua pengawal tersebut kembali menghardik Abunawas. "Sudah kubilang, kau tidak akan pernah bisa bertemu dengan Baginda!"
"Maaf, kemarin aku keliru. Aku sebenarnya ingin memberikan burung beo ini kepada Baginda. Tapi aku keliru mengambilnya. Pasti Baginda marah-marah mendapati kiriman burung nuri itu. Semua orang tau, jika Baginda sangan membenci burung nuri. Dia pernah tersesat di hutan hanya karena burung nuru keparat itu. Maafkan aku, aku telah membuat Baginda marah" bujuk Abunawas, seolah-olah cerita tersebut benar terjadi.
"Taruh saja disitu! Nanti akan aku berikan kepadanya" perintah pengawal istana.
Terpengaruh bujukan Abunawas, kedua kaki tangan Abudahi itu segera menukar burung beo tersebut dengan seekor burung nuri kemarin yang mereka tukar dengan burung gereja. Berharap Abunawas akan mendapat hukuman setimpal dari Baginda.
Menerima burung nuri dari pengawal, Baginda terperangah kaget. Ternyata benar apa yang dikatakkan Abunawas. Kedua pengawal itu bisa menyihir alias menggelapkan barang yang bukan hak miliknya.
"Ini nuri-nya, mana beo-nya?" sindir Bagida, membuat kedua penawal tersebut pucat pasi.
Belum sempat kedua pengawal tersebut menjawab, Baginda memerintahkan perintah yang tidak disangka-sangka.
"Karena hasil kerja yang sangat bagus, kalian berdua aku berikan hadiah hukuman cambuk masing-masing 50 kali"
Perdana Menteri Abudahi yang menyaksikan itu, hanya bisa menunduk lesu.
SEKIAN DARI SAYA,
SEMOGA DAPAT MENGAMBIL HIKHMAH-NYA
TERIMAKASIH SUDAH MEMBACANYA